PERTANIAN - Bayangkan kalau kita punya pesta besar di rumah, tapi makanan yang dihidangkan semuanya pesanan dari tetangga. Tentu tidak terlalu membanggakan, kan? Begitulah perasaan sebuah negara jika masih bergantung pada impor pangan. Swasembada pangan ibarat sebuah perayaan keberhasilan di ladang sendiri – bukan hanya soal prestasi, tapi juga soal komitmen pemerintah untuk menjamin kesejahteraan petani dan masyarakatnya.
Kalau mau bicara soal swasembada pangan, berarti kita bicara soal upaya keras yang harus dilakukan pemerintah. Petani harus jadi pahlawan di tanah sendiri, dan mereka harus didukung habis-habisan! Mulai dari bibit unggul yang berkualitas, pupuk yang ramah lingkungan, hingga alat-alat canggih yang bisa membuat proses tanam-menanam jadi lebih efisien dan produktif. Jadi, jangan hanya disuruh kerja keras tanpa modal – pemerintah perlu hadir sebagai "pendamping setia" yang memastikan petani kita punya semua yang dibutuhkan.
Dan yang tidak kalah penting, harga hasil pertanian juga harus bersahabat. Jangan sampai petani kita justru kalah saing dengan pangan impor yang lebih murah. Di sinilah pemerintah perlu menjadi "penjaga harga" yang memastikan keuntungan petani tetap ada dan stabil. Ingat, kalau harga hasil panen petani jatuh, semangat mereka juga bisa ikut tumbang. Sebagai negara yang menghargai jerih payah para petani, sudah sewajarnya harga hasil bumi kita dijaga supaya mereka bisa hidup layak.
Selain itu, membangun swasembada pangan artinya kita juga sedang menanam kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Bayangkan betapa indahnya ketika kebutuhan pangan tercukupi, harga stabil, dan kualitas hidup masyarakat meningkat. Ini bukan hanya tentang makanan di meja, tapi tentang ketenangan di hati – tahu bahwa besok masih bisa makan nasi hasil panen sendiri.
Dan jangan lupa, ini baru awal! Untuk menuju swasembada pangan yang benar-benar kokoh, inovasi dan kolaborasi harus selalu berjalan. Pemerintah, sektor swasta, hingga lembaga penelitian perlu kompak menciptakan solusi baru, apalagi dengan adanya tantangan seperti perubahan iklim atau lahan pertanian yang kian menyempit. Dengan gotong royong ini, swasembada pangan bisa jadi lebih dari sekadar impian – ia menjadi simbol bahwa kita mampu berdikari dan menjaga bangsa ini tetap berdaulat di ladang sendiri.
Jakarta, 31 Oktober 2024
Hendri Kampai
Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi
Baca juga:
Golden Melon Hidroponik Sumber Cuan
|